Cerita Legenda Asal Usul Danau Rawa Pening

Saat ini banyak sekali destinasi objek wisata yang berada di kabupaten semarang, mulai dari yang menyuguhkan keindahan alam, taman rekreasi yang memiliki berbagai macam wahana. Dan ada beberapa dari objek wisatanya memiliki cerita legenda dijaman dahulu, salah satunya adalah Danau Rawa Pening.

Danau Rawa Pening ini memiliki luas sekitar 2.670 hektar, dan berada di antara 4 kecamatan yaitu Ambarawa, Bawen, Tuntang dan Banyubiru. Dan jika anda melakukan perjalanan tanpa tol antara semarang dan solo maka pasti akan melewati jalur rawa pening ini.

Menurut laman wikipedia, Rawa Pening adalah danau alam yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dengan luas 2.670 hektare ia menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. 

Ada tips jika anda inging menikmati pemandangan yang indah dari danau rawa pening ini yaitu seperti yang ada di artikel 6 spot terbaik untuk melihat rawa pening. Karena memang disekitar danau ini ada beberapa spot tempat wisata yang menyuguhkan pemandangan alam termasuk rawa peningnya juga. Salahs satunya adalah Bukit cinta yang berada di selatan danau ini.

Legenda Asal Usul Danau Rawa Pening

Keindahan Rawa Pening dan Gembok Cinta 

Destinasi Bukit Cinta dirancang sebagai taman yang berada di samping Rawa Pening. Dari Bukit Cinta, pengunjung bisa berjalan sampai tepi Rawa Pening untuk menikmati keindahannya. Tersedia jasa keliling Rawa Pening dengan menggunakan perahu motor. Biaya keliling danau dengan perahu motor ini adalah Rp 80.000 untuk maksimal enam orang.

Selain itu, ada pula spot gembok cinta dengan latar belakang hamparan Rawa Pening. Mereka yang berkomitmen untuk menjalin hubungan serius dengan pasangannya bisa memasangkan gembok di spot ini. Namun, Rawa Pening bukan sekadar obyek wisata semata. Danau ini memiliki kisah legenda yang menarik. Kisah legenda asal-usul Rawa Pening pun kerap muncul dalam buku kumpulan dongeng nusantara.

Legenda Asal-usul Danau Rawa Pening 

patung baru klinting dan naga

Salah satu bukti bahwa ada cerita legenda dijaman dahulu adalah dilambangkannya dengan ornamen ular naga, gunungan wayang dan seorang anak yang mencabut lidi. Buat yang penasaran dengan cerita legendanya jangan ditutup dulu.

Inilah Legenda Rawa Pening

Legenda bermula di suatu desa bernama Ngasem. Diceritakan terdapat seseorang wanita bernama Endang Sawitri yang melahirkan seseorang anak berwujud naga. Naga yang dapat berdialog seperti manusia itu dinamai Baru Klinting. Kala anak muda, Baru Klinting bertanya tentang bapaknya. Ibunya mengatakan bila bapak Baru Klinting yang bernama Ki Hajar Salokantara lagi bertapa di Gunung Telomoyo.

Dia juga diizinkan berkunjung ke pertapaan bapaknya dengan bawa klintingan yang ialah benda aset bapaknya. Akhinya baru klinting berjumpa Ki Hajar salokantara serta menyerahkan klintingan buat meyakinkan kalau dia memanglah anaknya. Tetapi, Ki Hajar butuh fakta satu lagi. Dia setelah itu memohon Baru Klinting buat melingkari Gunung Telomoyo. Nyatanya Baru Klinting dapat melaksanakannya. Ki Hajar kesimpulannya mengakui Baru Klinting bagaikan anaknya.

Ki Hajar berikutnya memerintahkan Baru Klinting buat bertapa di dalam hutan lereng gunung. Baru Klinting juga menyanggupi perintah bapaknya serta lekas bertapa di dalam hutan lereng gunung.

Janda Tua yang Baik Hati


janda tua penolong baru klinting
Patung janda tua yang konon katanya selamat dari banjir besar

Sesuatu hari, penduduk Desa Pathok hendak mengadakan acara sedekah bumi usai panen. Buat memeriahkan acara itu, masyarakat desa beramai- ramai mencari hewan. Tetapi anehnya, mereka tidak mendapatkan seekor hewan juga. Kesimpulannya mereka dapat seekor naga besar serta langsung memotong- motong dagingnya serta dibawa kembali buat acara. Kala pesta berlangsung, datanglah seseorang anak yang ialah Jelmaan Baru Klinting.

Anak itu mau pula menikmati hidangan. Hendak namun masyarakat desa yang sombong merasa jijik kepada anak itu serta mengusirnya. Dengan sakit hati, sang anak kemudian meninggalkan acara. Tetapi di tengah jalur, dia berjumpa janda tua yang baik hati.

Baru Klinting diajaknya mampir ke rumahnya. Di situ dia diperlakukan secara terhormat serta disuguhkan hidangan. Saat sebelum meninggalkan rumah janda tua, Baru Klinting meninggalkan pesan.“ Nek, jika terdengan suara gemuruh, nenek wajib siapkan lesung supaya selamat,” ucap Baru Klinting. Janda tua itu juga menuruti pesan tersebut.

Sebelum Peristiwa Banjir Besar 

Baru Klinting kemudian kembali ke acara serta berupaya memohon santapan sekali lagi. Tetapi, masyarakat desa senantiasa tidak ingin menerimanya. Dia apalagi ditendang supaya lekas berangkat. Setelah itu, dia menancapkan lidi ke tanah serta menantang masyarakat desa buat mencabutnya. Nyatanya tidak terdapat seseorang juga masyarakat desa yang sukses mencabut lidi.

Kesimpulannya Baru Klinting- lah yang mencabutnya. Lubang sisa lidi ditancapkan setelah itu memancarkan air yang deras serta menggenangi desa. Seluruh penduduk tewas tenggelam. Cuma terdapat satu orang yang selamat dari banjir, ialah janda tua yang menyelamatkan diri dengan naik lesung. Desa juga berganti jadi rawa. Sebab airnya yang bening, hingga rawa itu diucap bagaikan Rawa Pening.

Leave a Comment