Foto: Teras Kaca
Awal tahun ini, wisata Coffee in The Sky yang berlokasi di Teras Kaca Pantai Nguluran, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi perbincangan netizen. Di berbagai jejaring sosial, tempat ngopi atau ngopi di langit dengan gondola yang diangkat dengan crane menuai kritik keras terkait aspek keamanannya.
Lokasi ini baru diresmikan pada 2 Januari 2022 dan masih dalam tahap uji coba. Pengunjung dibatasi maksimal 14 orang dan tinggal dari radius terdekat. Namun, sudah ada turis luar kota bahkan asing yang sudah mencoba Cafe in the Sky ini.
Hanya beberapa hari sejak dibuka, fasilitas ngopi tersebut telah menerima banyak perhatian. Menurut laporan, pada 4 Januari 2022, dinas terkait di Yogyakarta mulai melakukan pemeriksaan karena fasilitas ngopi tersebut belum mengajukan izin operasi.
Dari tanggapan di Twitter, banyak warganet yang justru memberikan tanggapan positif terhadap keberadaannya tersebut. Mereka menyebut wahana gondola hampir sama dengan wahana di Dubai dan London.
Namun, banyak yang percaya fasilitas ngopi itu tidak aman untuk digunakan manusia, terutama dalam jumlah besar. “Ya, hampir sama seperti di Dubai. Tapi kenapa tidak merasa aman, ya? atau hanya perasaanku aja?” tweet seorang netizen.
Pakar komputer dan telematika Roy Suryo yang berdomisili di Yogyakarta juga merespons fasilitas tersebut. “Menurutku wisata baru bertajuk ‘Coffee in The Sky’ yang berlokasi di Teras Kaca Pantai Nguluran, Girikarto Kel, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul ini berbahaya,” cuit Roy di akun Twitternya. , Rabu 5 Januari 2022.
Roy memperkirakan, cargo crane tidak selalu bisa digunakan untuk mengangkut orang, apalagi tempat wisata. “Jika melihat fungsinya, alat itu seharusnya tidak digunakakan untuk mengangkutt semacam itu, apalagi dijadikan sebagai salah satu fasilitas wisata, meski dengan tali angkut ganda sekalipun. Sekali lagi, Coffee in The Sky yang hanya menggunakan cargo crane itu berbahaya,” lanjutnya.
Situasi ini membuat Pemprov DIY menutup sementara objek wisata tersebut pada 6 Januari 2022 karena keselamatan pengunjung menjadi alasan utama. Itu artinya baru empat hari berjalan sejak opening, Coffee in The Sky tutup.
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji, meski ide dan kreativitas pengelola sangat bagus, namun aspek keselamatan tetap menjadi poin utama yang harus diperhatikan. “Keamanan dan kenyamanan wisatawan perlu kita pastikan agar tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman,” kata Aji di Antara, Kamis, 6 Januari 2022.
Aji mengatakan dari hasil pemeriksaan, mobile crane yang digunakan operator diketahui merupakan alat sewaan luar kota. Menurut dia, harus diverifikasi, termasuk asal-usul dan penggunaan operasionalnya, apakah masih berlaku atau tidak.
“Kami mendapat kabar kalau penggunaan alat berat tersebut belum memiliki izin operasional, pengoperasiannya tidak sesuai dengan fungsinya, jelas ini tidak ada yang menjamin keamanannya”, lanjutnya. Menurut dia, penghentian pengoperasian alat tersebut merupakan salah satu upaya Pemerintah DIY untuk menjamin keselamatan wisatawan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahajo mengatakan selain menggunakan alat yang tidak tepat, lokasi objek wisata di pesisir pantai juga sangat berisiko bagi keselamatan wisatawan. Menurut Singgih, lokasi di pesisir pantai menyebabkan tingginya laju korosi akibat angin laut yang membawa kadar garam tinggi.
Aspek kepemilikan sertifikat CHSE bagi pelaku pariwisata, kata dia, sangat penting untuk dikantongi terlebih dahulu. “SDM pelaku yang mengoperasikannya pun harus memiliki sertifikat dan memiliki lisensi khusus, dan semua ini harus diikuti dan ditaati, jika tidak maka harus dihentikan, karena jika terjadi kecelakaan akan menimbulkan ‘multiplayer effect’ yang luar biasa,” jelasnya.
Sejauh ini belum diketahui apakah kelanjutan kendaraan tersebut akan digantikan oleh kendaraan lain ataukah berbagai perbaikan akan terus dilakukan dan sejumlah persyaratan yang telah ditentukan akan dipenuhi.